Masalah Kecil

Ternyata gue salah. Gue kira hari ini itu class meeting, padahal masih perbaikan. Class meeting itu berguna buat kelas gue, biar kompak. Biar tau rasa, rasa yang sama. Rasa dimana mereka bisa kerja sama bareng-bareng. Dimana meraih kemenangan bareng-bareng, merasakan pahit, manis nya sebuah pertandingan. Walaupun kalah, tak apalah, yang penting mereka berusaha. Daripada tidak berusaha?

Dulu gue ikut class meeting yang lalu jadi main futsal. Gue jadi pemain belakang. Gue seneng gue bisa masuk main. Itu aja gue udah bahagia, walaupun jatah gue main itu dikit, gue tetep bahagia. Namun, lawan gue mainnya tubruk dan dorong. Mereka juga menginjak-injak kaki. Anehnya, wasit tidak tau.

Satu pertandingan yang tertinggal, gue mencoba berusaha bertahan, gue tubruk dan dorong balik. Alhamdullilah tidak ketauan juga, akhirnya gue berhasil mengoper ke penyerang langsung, sayangnya nggak gol.

Jauh dari itu, besok akan launching sebuah film rohani bernuansa katolik, banyak orang bilang, "Kalau tidak mencapai kuota penonton, maka akan dihapus! Ayo nonton!".



Ini pemaksaan. Benar, ini pemaksaan.

Kenapa gue bilang ini merupakan sebuah pemaksaan? Kalau dia nonton itu, dan menyuruh kita nonton, apakah dia mau nonton tentang agama kita? Film "Sang Pencerah" saja bisa sukses tanpa promosi. Lah, ini kenapa film "Soegija" harus di promosikan kemana-mana?

Film horor yang ada konten porno saja tanpa promosi bisa laku, kenapa film tentang agama harus di promosikan kemana-mana? Nah, ini mulai masuk kedalam isi sebuah film. Semenarik apapun film tersebut, ini terserah selera kita, kalau kita pendiriannya mau film ini laku, ya jangan paksa orang untuk menonton, rugi nanti.

Sama saja kalau kita suruh orang nonton pertandingan bola di sebuah tempat, orang itu mau nonton apa nggak itu juga tergantung dia suka sama pertandingan bola atau nggak. Sama aja kan kayak film?

Jadi semuanya jangan dipaksa, tidak baik loh.

No comments:

Post a Comment